Welcome in IRMASTA "Always Together"

class="style3"> HOME|DATA ANGGOTA|JADWAL KEGIATAN|GALLERY|KISAH-KISAH ISLAMI|

Sabtu, 02 Mei 2015

SIFAT ORANG FASIK DALAM ALQURAN

Allah tidak enggan membuat contoh menunjukan perumpamaan nyamuk dan yang lebih kecil dari nyamuk, kenapa Allah memberi contoh yang kecil? Karena didalam Alquran diayat-ayat sebelumnya Allah memberi contoh lalat dan dalam surat al-ankabut yaitu laba-laba.



Dalam Qs 73 al-hajj “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [22:73] intinya Perumpamaan terhadap orang kafir yaitu mengenai berhala-berhala mereka bahkan tidak pernah bisa bisa membuat lalat dan apabila berhala itu dihinggapi lalat berhala itu tidak akan pernah mampu mengusirnya dan apabila lalat tersebut mengambil sesuatu dari mereka misalnya makanan sesaji dan sebagainya berhala itu bahkan tidak mampu mencegahnya. sungguh lemah yang mereka sembah dan yang menyembah jauh lebih lemah lagi, Tetapi bagi Allah tidak ada yang bisa mencegah keputusan-Nya.

Yang Allah inginkan mengenai perumpamaan ayat tesebut adalah berkaitan dengan apa yang sedang dibahas tidak menjadi permasalahan baik itu contoh hewan yang besar dan kecil tetapi tujuannya supaya mereka mengerti apa diharapkan dan apa dibalik perumpamaan yang Allah berikan tersebut semua itu bagi Allah mudah dan sama saja.

Allah menciptakan nyamuk dan gajah adalah sama anggota badannya seperti dipotocopy diperkecil bahkan nyamuk diberi dua kelebihan yang tidak dimili oleh gajah yaitu mempunyai sayap dan ini adalah menunjukan betapa mengagumkannya ciptaan Allah, kalau berbicara mengenai nyamuk singa yang terkenal kebuasannya tidak bisa mencegah dirinya dari gangguan nyamuk, gajah juga, bahkan yang lebih mengagumkan lagi adalah nyamuk dengan mulut kecil seperti itu mampu menembus kulit yang tebal dan kuat bahkan mampu mengambil darahnya jadi jangan pernah beranggapan makhluk Allah kecil maupun besar adalah sama semua ringan bagi Allah. Bahkan lebih kecil dari nyamuk dan itu semua adalah makhluk Allah dan disana ada tanda kebesaran Allah dan itu adalah Bukti ke-Esaan Allah.

Tetapi mereka kaum kafir malah mengejek kenapa Allah memberi perumpamaan nyamuk karena mereka baik itu diberi bukti gamblang maupun tidak karena memang mereka dari awalnya sudah menolak jadi ia gak mau berfikir apalagi percaya dengan adanya Allah perumpamaan itu bagi mereka akan membuat mereka semakin tersesat saja tapi tidak bagi yang mereka menerimanya mereka akan semakin percaya kepada Allah dan membuat imannya semakin bertambah.

Orang menjadi sesat dan jauh dari Allah karena dari tingkah lakunya sendiri yaitu perbuatan keji sehingga mendorong mereka akan memperoleh kesesatan terus menerus sebagai sanksi atas ketersesatannya karena hatinya ditutup Allah. Akibat dari perbuatan kejinya akhirnya mereka tidak percaya Allah dan mengejek perumpamaan Allah Dalam (surat ar-rum 10)
“Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.” [30:10]

Orang yang menyimpang dari ketentuan Allah ada 3 bagian :

Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhannya


Nabi Ibrahim lahir di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” di kerajaan Babilonia yang dipimpin oleh Raja Namrud. Pada masa itu, Kerajaan Babilonia termasuk kerajaan yang makmur. Namun, kehidupan mereka masih jahiliyah. Bahkan Ayahnya, Azar, adalah seorang pemahat patung.
Suatu hari Namrud mendapat firasat bahwa akan lahir bayi laki-laki yang akan menggulingkan kekuasaanya. Maka diperintahkanlah kepada seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Hingga ketika Nabi Ibrahim lahir, Azar tidak tega membunuh anaknya, maka dibuanglah Ibrahim ke tempat yang jauh.
Namun Ibrahim ada dalam perlindungan Allah, sehingga tidak ada binatang buas yang sanggup mendekatinya. Selain itu, Ibrahim dikaruniai mukjizat berupa jempol yang dapat mengeluarkan cairan manis sehingga Ibrahim tidak merasa lapar atau haus.
Selama setahun Ibrahim tinggal di dalam gua. Setelah Ibrahim semakin dewasa, ayah dan ibunya akhirnya berani membawa Ibrahim kembali ke rumah. Suatu hari Ibrahim bertanya.
“Wahai ayah dan ibu, siapakah yang menciptakan aku?” ayahnya menjawab “Tentu saja ayah dan ibumu.”
Ibrahim bertanya lagi “Siapa yang menciptakan ayah dan ibu?” ayahnya menjawab “Kakek dan nenekmu.”
Ibrahim bertanya lagi “Lalu siapa yang pertama kali menciptakan semuanya?” namun ayahnya tidak menjawab karena tidak mengenal Allah.
Maka Ibrahim mencari tuhannya dengan menggunakan akal dan pikirannya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam QS.Al-An’am 76-79:
76. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat".
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Maka pada akhirnya Ibrahim meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Semesta Alam. Awal dari mengenal agama adalah mengenal Allah. Bila kita ingin mengenal Allah, mulailah dengan mengenal diri kita dan mengenal alam, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.

Kisah Luqman al-Hakim dan Anaknya Pergi ke Pasar

Luqman al-Hakim adalah orang yang disebut di dalam al-Qurāsurah Luqman. Beliau terkenal karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Namapanjangnya ialah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa beliau merupakan pria bertubuh tidak tinggi dan berhidung mancung dari daerah Nubah (suatu daerah yang posisinya di sebelah utara Sudan dan di sebelah selatan Mesir). Ada pula yang berpendapat bahwa beliau berasal dari Sudan, dan ada pula yang menerangkan bahwa Luqman adalah seorang hakim di zaman Nabi Daud a.s

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim bersama anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekorhimar (keledai). Ketika itu Luqman naik di punggung himar sementara anaknya megikuti di belakangnya dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yang berkata, “Lihat itu orang tua yang tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik himar sementara anaknya disuruh berjalan kaki.” Setelah mendengarkan gunjingan orangorang, maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu anaknya diletakkan di atas himar tersebut. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Hai, kalian lihat Situ ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki himar.”
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggunghimar itu bersamasama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga ribut menggunjing, “Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor himar. Kelihatannya himar itu sangat tersiksa, kasihan ya.”Oleh karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai. Untuk apa mereka bawa himar kalau akhirnya tidak dinaiki juga.”

Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al-Hakim menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi. Luqman berkata, “Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.” Anaknya bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah?” Luqman meneruskan nasihatnya, “Orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah Swt. Barang siapa mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam mengambil keputusan.”Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, carilah rizki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya). Lebih dari sekedar tiga perkara itu, orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan menyepelekannya.”

via http://dutapanggulu.blogspot.de